Kelapa sawit merupakan jenis tanaman penting dalam industri perkebunan di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari hasil olahan kelapa sawit yang bisa dijadikan sebagai bahan utama pembuatan berbagai macam produk rumah tangga. Kualitas dan hasil produksi olahan kelapa sawit salah satunya ditentukan oleh cara penanamannya. Lalu seperti apa cara penanaman kelapa sawit yang baik dan benar sesuai prosedur?
Insight Arvis kali ini ditujukan untuk Anda yang ingin memulai bisnis kelapa sawit dengan membuka perkebunan kelapa sawit. Cari tahu lebih lanjut cara penanaman kelapa sawit yang baik dan benar untuk hasil produksi yang tinggi dengan membaca penjelasan lengkapnya berikut ini.
Penanaman Kelapa Sawit, Penentu Hasil Produksi
Menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 131 tahun 2013 tentang Pedoman Budidaya Kelapa Sawit yang Baik, penanaman kelapa sawit yang baik di lapangan akan menghasilkan tanaman yang sehat dan seragam sehingga tanaman yang abnormal, non produktif, dan mati dapat dicegah.
Penanaman kelapa sawit juga menjadi penentu hasil produksi perkebunan kelapa sawit Anda nantinya. Dengan mengikuti cara penanaman yang baik, maka tanaman kelapa sawit akan cepat berproduksi (kurang dari 30 bulan setelah tanam) dengan hasil awal yang tinggi.
Persiapan dan tahapan penanaman kelapa sawit mulai dari persiapan areal tanam, persiapan bibit, pengangkutan bibit, dan pelaksanaan penanaman dapat Anda cek di sini: Tahapan Penanaman Kelapa Sawit yang Benar untuk Hasil Produksi yang Tinggi.
Hal-hal yang akan kita bahas terkait dengan penanaman kelapa sawit kali ini adalah detail lebih lanjut tentang pelaksanaannya, yaitu jarak tanam, pemancangan, dan pelaksanaan utamanya.
Penanaman Kelapa Sawit yang Baik dan Benar
Masih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 131 tahun 2013 tentang Pedoman Budidaya Kelapa Sawit yang Baik, penanaman kelapa sawit yang baik dan benar meliputi:
1. Jarak tanam
Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan terkait jarak tanam, antara lain:
- Pastikan pola jarak tanam pada areal tanam yaitu segitiga sama sisi dengan beberapa macam jarak tanam yang telah dianjurkan
- Penentuan jarak tanam di lapangan harus disesuaikan dengan karakter tanaman, tingkat kesuburan, topografi, dan kondisi setempat
- Sistem jarak tanam pada kelapa sawit berkaitan erat dengan populasi per ha (kerapatan pohon/ha) dan produksi tandan setiap pohon
- Kerapatan tanaman (jumlah pohon/ha) yang lebih banyak akan mempengaruhi ruang tumbuh tanaman
- Penanaman yang terlalu rapat nantinya akan berdampak pada masalah pertumbuhan yang meninggi (density problem) dan persaingan dalam penyerapan unsur hara, dan berkurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke tanaman sehingga akan mempengaruhi fotosintesa
- Kerapatan tanaman juga akan mempengaruhi sex ratio, berat tandan, tinggi tanaman, lingkar batang yang mengecil, produksi daun yang berkurang serta panjang daun bertambah
- Pada daerah endemik Ganoderma, jarak tanam yang dianjurkan yaitu dengan kerapatan 148-150 pohon/ha. Tujuannya untuk mempertahankan populasi tanaman produktif sampai umur 25 tahun
Jarak tanam yang dianjurkan untuk penanaman kelapa sawit bisa dilihat pada gambar tabel di bawah ini.
Gambar 1. Jarak Tanam yang Dianjurkan
2. Pemancangan
Apa itu pemancangan? Pemancangan adalah aktivitas mengatur letak tanaman dengan jarak tertentu sehingga jarak antar barisan dan jarak dalam barisan menjadi lebih jelas. Tujuan dari pemancangan yaitu untuk mencegah dan mengatasi timbulnya kekurangan sinar matahari yang dapat menimbulkan perubahan morfologi tanaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pemancangan yaitu:
- Arah barisan tanaman kelapa sawit pada umumnya Utara-Selatan, namun pada keadaan tertentu arah barisan dapat diubah dan disesuaikan dengan topografi lapangan
- Pemancangan pada daerah rata/datar tidak sulit dilakukan karena jarak antar barisan dan dalam barisan yang perlu dibuat hanya harus sesuai dengan jarak yang sebenarnya
- Untuk areal berbukit, arah barisan dan jarak tanam dibuat tergantung pada tata pengelolaan penanaman
3. Penanaman utama
Persiapan Penanaman
- Persyaratan Areal Bisa Ditanami
Merupakan areal dimana tanaman penutup tanahnya (LCC) telah menutup dengan sempurna, minimal 40%. Tujuannya untuk menjaga kelembaban tanah, mengurangi erosi permukaan, menambah bahan organik dan cadangan unsur hara, dan menekan pertumbuhan gulma, serta menghindarkan serangan Oryctes.
- Pengangkutan Benih ke Lapangan
Dua minggu sebelum ditanam di lapangan, benih diputar agar akar menembus tanah terputus dan telah beregenerasi. Sebelum diangkut, benih harus disiram sebanyak-banyaknya agar kebutuhan dan transpirasi benih seimbang. Pengangkutan benih ke lapangan dilakukan dengan truk dengan kapasitas muatan 120-200 benih.
Benih yang ditanam di lapangan telah berumur 12 bulan. Jangan memegang benih pada leher akarnya, melainkan harus diangkat pada dasar kantong plastik. Norma bongkar/muat benih yaitu100 pohon/HK.
Pembuatan lubang tanam
Lubang tanam harus dibuat sebulan sebelumnya untuk mengurangi kemasaman tanah. Pembuatan lubang tanam ada dua cara yaitu mekanis dan manual. Untuk cara mekanis, Anda bisa menggunakan alat berat seperti excavator. Ukuran lubang bergantung pada kebutuhan di lapangan (umumnya 60 cm x 60 cm x 60 cm).
Mengecer benih
Benih yang telah diangkut ke lapangan diletakkan pada supply point. Benih diecer ke titik tanam dengan meletakkan benih di samping lubang tanam yang telah disediakan.
Teknik Penanaman
Ukur kembali lubang tanam. Lubang tanam yang telah tersedia ditimbun sedikit dengan tanah dan ditaburkan pupuk Rock Phosphate (RP) sebanyak 250 gr. Dasar kantong plastik (polybag) disayat terlebih dahulu, lalu benih dimasukkan ke dalam lubang tanam.
Setelah benih benar-benar tegak, bagian samping polybag disayat dari bawah ke atas dan polybag ditarik ke atas. Benih ditimbun dengan tanah atas (top soil) dan dipadatkan, lalu ditabur kembali dengan pupuk RP sebanyak 250 gr. Benih ditimbun dengan tanah bawah (sub soil) dan dipadatkan, sehingga letak benih benar-benar kokoh. Buat piringan selebar 1 m lalu dibuka. Piringan ini digunakan sebagai dasar piringan tanaman.
Selain jarak tanam, pemancangan, dan juga penanaman utama, Anda juga perlu memperhatikan tersedianya stok pupuk dan juga jumlah pekerja. Aktivitas penanaman kelapa sawit erat kaitannya dengan kebutuhan pupuk dan pekerja, termasuk juga alat serta perlengkapan. Semua data perlengkapan, alat, pupuk, dan pekerja perlu dikelola dengan baik agar aktivitas penanaman berjalan dengan lancar.
Jika Anda membutuhkan teknologi yang bisa yang bisa Anda gunakan untuk mengelola semua data perlengkapan, alat, pupuk, dan pekerja untuk aktivitas penanaman, E-Plantation Arvis bisa menjadi solusi terbaik Anda.
Mengapa E-Plantation Arvis?
E-Plantation Arvis merupakan sebuah sistem berbasis web dan mobile yang dibuat dan dikembangkan oleh Arvis khusus untuk membantu Anda mengelola operasional perkebunan kelapa sawit. Sistem ini memiliki banyak fitur yang bisa Anda gunakan untuk mengolah data yang berkaitan dengan kebun sawit Anda.
Anda bisa menggunakan E-Plantation Arvis untuk mengelola data alat dan perlengkapan untuk aktivitas penanaman. Sistem ini juga memiliki fitur untuk mengelola semua data karyawan yang bekerja di kebun sawit Anda, termasuk data karyawan yang bekerja dalam mengecer benih dan penanaman saat aktivitas penanaman.
Hubungi tim Arvis segera lewat nomor WhatsApp ini atau isi formulir penjadwalan demo di sini jika Anda tertarik ingin mencoba E-Plantation Arvis. E-Plantation Arvis, solusi kemudahan mengelola kebun sawit Anda.