Fase-fase Software Testing Life Cycle (STLC): Aktivitas di Dalamnya

Fase-Fase STLC

Software Testing Life Cycle (STLC) merupakan bagian dari Software Development Life Cycle (SDLC). Sama halnya dengan SDLC, STLC memiliki beberapa fase yang perlu dilakukan oleh tim Quality Assurance dalam proses pengujian sebuah software. Apa saja fase-fase STLC tersebut?

Lewat artikel kali ini, Insight Arvis mengajak Anda untuk mengenali lebih jauh tentang fase-fase STLC. Pengetahuan tentang fase-fase ini akan membantu Anda untuk memahami seperti apa software yang berkualitas minim issue.

Mau tahu proses testing di perusahaan Anda sudah ideal atau belum? Hubungi Arvis di Whatsapp ini

Apa Itu Software Testing Life Cycle (STLC)?

Sebelum mengetahui apa saja fase-fase STLC, mari cari tahu terlebih dahulu apa itu STLC. Dilansir dari situs Geeks for Geeks, STLC atau Software Testing Life Cycle adalah pendekatan sistematis untuk menguji perangkat lunak (software) untuk memastikan bahwa software tersebut memenuhi persyaratan dan bebas dari cacat.

Software Testing Life Cycle merupakan proses yang mengikuti serangkaian langkah atau fase, dan setiap fase memiliki tujuan dan hasil yang spesifik. Proses ini digunakan untuk memastikan bahwa software yang dibuat dan dikembangkan adalah software dengan kualitas terbaik, dapat diandalkan, dan memenuhi kebutuhan pengguna akhir (user).

Aktivitas pengujian dalam STLC dengan fase-fasenya juga menghasilkan beberapa dokumen, seperti Requirements Traceability Matrix (RTM) dan Test Plan Document. Penjelasan lengkap tentang dua dokumen tersebut dapat dilihat di sini:

Mengenal Requirements Traceability Matrix, Dokumen Penting dalam STLC

Test Plan Document: Definisi, Komponen, dan Pentingnya

Fase-Fase STLC

Tujuan utama Software Testing Life Cycle adalah untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan setiap cacat atau masalah dalam sebuah software sedini mungkin dalam proses pengembangan. Hal ini memungkinkan masalah ditangani dan diselesaikan sebelum software tersebut dirilis ke publik. Tujuan ini dapat dicapai dengan cara mengikuti fase-fase STLC.

Fase-fase STLC atau tahapan-tahapan STLC ada enam, antara lain:

  • Requirement Analysis
  • Test Planning
  • Test Design
  • Test Environment Setup
  • Test Execution and Defect Reporting
  • Test Closure

Pembahasan sebelumnya (Mengenal Software Testing Life Cycle dan Fase-Fasenya) sudah menjelaskan fase-fase STLC secara singkat. Sekarang mari kita ulik lebih dalam apa saja input, output, dan aktivitas di dalamnya lebih detail.

1. Requirement Analysis

Dilansir situs The Knowledge Academy, Requirement Analysis adalah fase pertama dalam STLC. Aktivitas yang dilakukan dalam fase ini yaitu mengumpulkan semua persyaratan fitur pada software yang akan dikembangkan. Semua persyaratan tersebut dievaluasi kesesuaian pengujiannya dan juga diidentifikasi aspek-aspek apa saja yang dapat diuji.

Jika diperlukan, tim penguji (Quality Assurance) mungkin juga perlu berkonsultasi dengan pemangku kepentingan terkait untuk memperjelas persyaratan. Selama fase ini, lingkungan pengujian (test environment) dimana pengujian seharusnya dilakukan juga diidentifikasi.

Analisis kelayakan otomasi (automation feasibility analysis) juga dilakukan dalam fase ini untuk mengidentifikasi potensi kebutuhan pengujian otomatis dan membuat perhitungan biaya tenaga kerja berdasarkan estimasi proyek.

Aktivitas lainnya dalam fase Requirement Analysis:

  • Mengidentifikasi ambiguitas atau ketidakkonsistenan dalam persyaratan
  • Mengidentifikasi persyaratan yang hilang atau tidak lengkap
  • Mengidentifikasi potensi risiko atau masalah yang mungkin berdampak pada proses pengujian
  • Mempersiapkan pembuatan Requirements Traceability Matrix (RTM)

Input: requirement document (functional or non-functional) dan use case

Output: dokumen Requirements Traceability Matrix (RTM)

2. Test Planning

Salah satu fase-fase STLC yang tidak kalah pentingnya yaitu Test Planning. Aktivitas dalam fase ini yaitu menuangkan strategi pengujian dalam dokumen rencana pengujian atau Test Plan Document. Perencanaan ini biasanya ditentukan dan disetujui oleh Lead Quality Assurance.

Perencanaan yang disusun mencakup beberapa detail seperti alat yang diperlukan, lingkungan pengujian, jadwal pengujian, langkah-langkah pengujian, serta peran dan tanggung jawab. Penyusunannya ditentukan berdasarkan Risk and Cost Analysis (RCA) dan jadwal pengujian.

Aktivitas lainnya dalam fase Test Planning:

  • Mengidentifikasi tujuan dan ruang lingkup pengujian
  • Mengembangkan strategi pengujian: memilih metode dan teknik pengujian yang akan digunakan
  • Mengidentifikasi lingkungan pengujian dan sumber daya yang dibutuhkan
  • Mengidentifikasi uji kasus yang akan dijalankan dan data yang akan digunakan
  • Memperkirakan waktu dan biaya yang diperlukan untuk pengujian
  • Mengidentifikasi hasil tes dan pencapaiannya
  • Menugaskan peran dan tanggung jawab kepada tim Quality Assurance
  • Meninjau dan menyetujui rencana pengujian

Input: dokumen Requirement Traceability Matrix (RTM), jadwal proyek, dan ketersediaan sumber daya

Output: dokumen Test Plan (Test Plan Document)

3. Test Design

Fase STLC selanjutnya yaitu Test Design. Salah satu aktivitas penting dalam fase ini yaitu pembuatan test cases dan test scenario. Setiap test case mendefinisikan semua masukan pengujian, prosedur, kondisi eksekusi, dan hasil yang perlu diantisipasi. Test case dikembangkan berdasarkan data tes yang teridentifikasi, yang telah diidentifikasi, dan dikerjakan berdasarkan prasyarat.

Aktivitas lainnya dalam fase Test Design:

  • Mengidentifikasi test case yang akan dikembangkan
  • Menulis test case yang jelas, ringkas, dan mudah dipahami
  • Membuat data dan skenario pengujian yang akan digunakan dalam test cases
  • Mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap test cases
  • Meninjau dan memvalidasi test cases
  • Memperbarui dokumen Requirement Traceability Matrix

Input: Test Plan Document, dokumen Requirement Traceability Matrix (RTM), Design Specification

Output: Test Case, Test Scenario, Test Data

4. Test Environment Setup

Fase Test Environment Setup dalam STLC merupakan fase dimana kondisi perangkat lunak dan perangkat keras untuk proses pengujian dikonfigurasi dan juga diterapkan. Aktivitas dalam fase ini mencakup banyak alat pengujian, seperti TestComplete, Selenium, Appium, atau Katalon Studio.

Persiapan fase ini dapat dilakukan bersamaan dengan fase Test Design yang biasanya juga termasuk menyiapkan server pengujian. Setelah semuanya disiapkan, smoke test atau pemeriksaan kesiapan dilakukan untuk memastikan bahwa lingkungan pengujian berfungsi sesuai dengan harapan.

Aktivitas utama dalam fase Test Environment Setup:

  • Mempersiapkan pengujian lingkungan (environment setup)
  • Melakukan smoke test dengan data pengujian yang telah dibuat

Input: Technical Specification Document (TSD), Test Data

Output: Lingkungan pengujian (environment) yang siap digunakan dengan setup test data, hasil smoke test

5. Test Execution and Defect Reporting

Selama fase ini, fitur software diuji pada test environment yang kemudian diterapkan dengan menggunakan test case yang dibuat berdasarkan test data. Eksekusi skenario pengujian, pemeliharaan skenario pengujian, dan pelaporan bug juga dilakukan selama fase ini. Hasil pengujian yang diharapkan dibandingkan dengan hasil sebenarnya. Semua hasil dalam fase pelaksanaan fase ini kemudian dikumpulkan untuk dilaporkan kembali ke tim pengembangan.

Aktivitas lainnya dalam fase Test Execution:

  • Menguji ulang kecacatan atau masalah yang muncul
  • Melakukan pengujian regresi atau menjalankan kembali kasus pengujian yang dijalankan sebelumnya

Input: Test Cases, Test Scenario, Test Data

Output: Test Summary Report, Test Closure Report

6. Test Closure

Fase terakhir dalam STLC adalah Test Closure. Lead Quality Assurance dalam fase ini membuat laporan hasil pengujian yang berisi rangkuman seluruh proses pengujian dengan perbandingan antara hasil yang diharapkan dan hasil aktual yang disiapkan. Semua issues yang ditemukan dicatat sebagai kasus gagal dan dipetakan ke test case masing-masing di dokumen RTM. Setiap perbaikan besar yang dilakukan juga diuji ulang untuk ditutup.

Pada fase ini, tim pengujian diharapkan memiliki pemahaman yang jelas tentang kualitas dan fungsionalitas software yang dibuat. Issues atau masalah yang muncul selama pengujian pun juga harus diselesaikan. Pembuatan dokumentasi pengujian harapannya dapat digunakan untuk meningkatkan proses pengujian berikutnya di masa depan.

Input: Execution Result

Output: Test Summary Report (dokumentasi proses pengujian), Test Closure Report (dokumentasi penutupan pengujian)

Kesimpulan

Fase-fase STLC memiliki peran penting masing-masing dalam pengujian sebuah software. Semua fase ini perlu dilakukan dalam pengembangan software agar software yang telah jadi nantinya merupakan software yang berfungsi dengan baik sesuai persyaratan dan software yang berkualitas tanpa kecacatan atau issues.

Pentingnya penerapan fase-fase STLC tentunya menjadi dasar pertimbangan Anda untuk memilih layanan pengembang software. Pastikan layanan pengembang software yang Anda pilih juga menerapkan STLC agar software yang telah jadi nantinya sesuai dengan kebutuhan Anda seperti Arvis.

Mengapa Arvis?

Arvis merupakan salah satu software company terbaik di Indonesia yang sudah banyak dipilih oleh perusahaan-perusahaan besar sebagai Technology Partner mereka dalam pengembangan software. Mengapa? Karena Arvis memiliki layanan pengembang software terbaik yang dapat membantu Anda mengembangkan sebuah sistem atau software sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda.

Layanan pengembang software dari Arvis saat ini juga hadir dengan layanan konsultasi untuk pengembangan STLC. Arvis akan melakukan assessment dan inspeksi untuk improvisasi proses testing yang ideal dan terbaik untuk perusahaan Anda.

Tertarik dengan layanan pengembang software dari Arvis? Hubungi tim Arvis segera lewat nomor WhatsApp ini. Mari bangun dan kembangkan software terbaik bersama Arvis!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *