Akhir-akhir ini, industri teknologi digemparkan oleh fenomena Bubble Burst. Banyak media berita yang menyoroti tentang dampak dari Bubble Burst yaitu fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang dilakukan oleh beberapa Startup di Indonesia. Kita tahu bahwa fenomena ini dialami oleh beberapa Startup yang telah mendapatkan pendanaan besar. Hal ini pastinya membuat kita bertanya-tanya tentang Apa sebenarnya fenomena bubble burst? Mengapa fenomena ini sangat berdampak pada Startup? Apa penyebab terjadinya fenomena ini? Terus simak penjelasan dibawah ini.
Apa Itu Bubble Burst?
Mengutip dari Investopedia Istilah Bubble sendiri merupakan siklus ekonomi yang ditandai dengan eskalasi cepat nilai pasar, terutama pada harga aset. Inflasi yang cepat ini diikuti oleh penurunan nilai yang cepat, atau kontraksi, yang kadang-kadang disebut sebagai Crash (Kecelakaan) atau Bubble Burst (Ledakan Gelembung). Bubble Burst atau ledakan gelembung ini diawali dengan kondisi pandemi tahun 2020-2021, adanya kenaikan suku bunga membuat terjadinya inflasi pada seluruh harga aset dan barang. Dimana aset biasanya diperdagangkan pada kisaran harga yang sangat melebihi nilai intrinsik aset. Artinya, ketika terjadi fenomena Bubble Burst atau ledakan gelembung ini harga aset sangat melambung tinggi berkali lipat dan tidak selaras dengan harga dasar aset.
Penyebab Terjadinya Bubble Burst Pada Startup
Fenomena kenaikan suku bunga tinggi akibat Bubble Burst atau ledakan gelembung ini membuat Venture Capital (VC) lebih berhemat dan berhati-hati ketika menyuntikkan dananya kepada Startup. Venture Capital mulai melakukan seleksi ketat dalam mencari tempat yang aman dan menguntungkan dalam berinvestasi. Hal ini juga berlaku pada Startup yang telah mendapatkan suntikan dana, Venture Capital mulai mengurangi kegiatan “Bakat Duit” dengan cara mengurangi diskon dan promo. Oleh karena itulah penyebab Bubble Burst ini terjadi pada Startup dan sangat mempengaruhi kelangsungan bisnis Startup dimana belum sepenuhnya profit dan sangat bergantung pada suntikan dana investor.
Selain dikarenakan Venture Capital mulai menarik diri, ada penyebab lain terjadinya fenomena ledakan gelembung pada Startup yaitu pasar jenuh, sebuah kondisi dimana permintaan terhadap sebuah produk atau layanan sudah mencapai puncaknya. Pasar di Indonesia sangat sensitif dengan adanya diskon dan promo, Startup akan kehilangan pelanggannya jika tidak menyediakan kedua hal tersebut. Pasar jenuh ini membuat Startup juga berpikir keras mencari solusi penjualan dimana diawal kita tahu bahwa Venture Capital mulai menarik diri atau mengurangi kegiatan “Bakar Duit” terutama pada pemberian diskon dan promo. Kondisi pandemi Covid-19 juga mulai membaik, hal ini membuat para Startup baru kesulitan menjual produk atau layanannya dikarenakan product atau layanannya diperuntukkan untuk memudahkan aktivitas pengguna dimasa pandemi.
Apa Dampak Terhadap Startup?
Dikutip dari CNN Business, seorang analis riset di CB Insights Michael Dempsey berkata “Para pendiri dan karyawan dapat dibiarkan tanpa uang tersisa untuk mereka”. Fenomena ini akan memukul banyak pihak, yang akan paling dirugikan adalah para pendiri dan karyawan Startup itu sendiri yang akan kehilangan pekerjaan mereka. Venture Capital yang mulai menarik diri atau membatasi pendanaan, peristiwa pasar jenuh, hingga perubahaan kondisi pasar yang berubah cukup drastis akibat kondisi pandemi mulai memunculkan banyak permasalahan keuangan (Cashflow) pada Startup. Hal ini membuat Startup di Indonesia melakukan banyak pengurangan karyawan sebagai bentuk solusi dari masalah keuangan tersebut.