Systems Development Life Cycle atau SDLC merupakan sebuah tahapan kerja yang digunakan dalam mengembangkan suatu sistem atau aplikasi. Dalam SDLC, deployment menjadi proses yang sama pentingnya dengan proses coding dan juga testing. Jika Anda mempunyai rencana untuk membuat sebuah sistem atau aplikasi, Anda perlu mengenal deployment dan beberapa environments yang ada di dalamnya.
Insight Arvis kali ini ingin mengajak Anda mengenal deployment, salah satu tahapan penting setelah pengembangan sistem atau after development process. Cek penjelasan lengkapnya berikut ini.
After Development Process
Sebelum mengenal deployment, mari mencari tahu terlebih dahulu apa itu after development process. Sebuah proses atau tahapan yang dilakukan setelah proses coding dalam SDLC dikenal sebagai after development process. Menurut situs Amazon Web Service, tujuan menggunakan metodologi SDLC adalah meminimalkan risiko munculnya masalah melalui perencanaan ke depan agar sistem atau aplikasi memenuhi harapan pelanggan selama produksi dan seterusnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, metodologi SDLC memiliki serangkaian langkah yang membagi proses pengembangan sistem atau aplikasi menjadi beberapa proses, salah satunya yaitu after development process.
After development process mencakup tiga proses penting, yaitu:
- System Integration Testing (SIT)
- User Acceptance Testing (UAT)
- Deployment
After Development Process yang akan kita bahas bersama di sini adalah deployment.
Mengenal Deployment
Salah satu after development process yang sama pentingnya dengan proses coding dan juga testing dalam pengembangan sebuah sistem adalah deployment. Dalam deployment, semua hasil coding yang telah dibuat oleh programmer disimpan atau dipindahkan ke dalam satu tempat (server). Satu tempat ini dibagi ke dalam beberapa bagian yang disebut environments.
Dilansir dari situs Codecademy, dalam konteks pembuatan dan pengembangan perangkat lunak, environments adalah bagian dari sumber daya infrastruktur yang digunakan untuk menjalankan program dalam batasan tertentu. Tim pengembang sistem atau aplikasi menggunakan environments yang berbeda untuk menangani kebutuhan mereka masing-masing.
Meskipun nama dan jumlah environments yang digunakan oleh tiap-tiap tim pengembang sistem bervariasi, ada 3 environments yang umumnya sering digunakan dalam proses deployment, yaitu Integration Environment, Staging Environment, dan Production Environment.
1. Integration Environment
Mengenal deployment berarti Anda juga perlu mengenal environment yang satu ini, yaitu Integration Environment. Apa yang dilakukan tim pengembang sistem atau aplikasi dalam fase integration? Dalam fase ini, tim pengembang sistem menggabungkan semua coding yang telah mereka ke dalam satu tempat terpadu.
Anggota tim pengembang yang sebelumnya bekerja secara terpisah dalam environment ini akan mencoba untuk menggabungkan semua kode mereka. Kegagalan proses penggabungan ini mungkin saja terjadi. Jika integrasi yang dilakukan gagal, maka tim pengembang perlu melakukan perbaikan lokal dan mencoba melakukan penggabungan kembali.
2. Staging Environment
Environment kedua yang umumnya digunakan dalam proses deployment adalah staging environment. Dalam environment ini, sistem atau aplikasi yang dibuat statusnya masih setengah jadi. Ada upaya mencocokkan sistem atau aplikasi tersebut semaksimal mungkin dengan sumber daya yang digunakan, termasuk beban komputasi, perangkat keras, dan arsitektur.
Dalam staging environment, aplikasi yang dibuat sudah harus mampu menangani jumlah pekerjaan yang diharapkan dapat dilakukan sesuai dengan rancangan awal. Jika dalam integration environment aktivitas penggabungan kode dilakukan oleh programmer, maka dalam staging environment, aplikasi yang sudah setengah jadi tersebut akan dicek dan dites terlebih dahulu oleh quality assurance.
Nama lain dari staging environment adalah sandbox environment. Mengapa sandbox? Seperti seekor kucing yang mulai mencoba menggunakan kotak pasir, environment yang satu ini merupakan environment yang dibagikan atau di-share ke client saat proses UAT. Client atau pengguna dapat mencoba menjalankan fungsi-fungsi yang sudah jadi dalam sistem atau aplikasi.
3. Production Environment
Environment terakhir yang umumnya digunakan oleh tim pengembang sistem atau aplikasi adalah production environment. Server dalam production environment adalah server operasional, yang artinya, tidak boleh ada bug issues di dalamnya. Dalam environment ini, klien bisa mengakses sistem atau aplikasi yang telah dibuat.
Infrastruktur yang terdapat dalam production environment terdiri dari komponen perangkat keras dan perangkat lunak termasuk database, server, API, dan layanan eksternal lainnya. Semua komponen yang ada dalam environment ini juga harus mampu menangani lalu lintas dalam jumlah besar, serangan cyber, kegagalan perangkat keras, dan lain-lain.
Selain 3 environments di atas, ada satu lagi environment tambahan yang biasanya digunakan dalam pengembangan sistem atau aplikasi besar. Environment tersebut dinamakan Post-Production Environment. Dalam Post-Production Environment, proses pembaharuan atau penanganan bug issues pada sistem atau aplikasi biasanya dilakukan dalam waktu yang singkat.
Tim pengembang akan memeriksa apa saja bug issues yang muncul, kapan bug issues tersebut terjadi, dan seberapa besar dampaknya pada pengguna. Jika dampaknya pada pengguna cukup besar, maka proses penanganan atau fixing akan dilakukan dalam environment ini kemudian disimpan kembali ke production environment.
Anda sudah mengenal deployment dan juga environment apa saja yang ada di dalamnya. Deployment merupakan salah satu after development process yang penting dalam pengembangan suatu sistem atau aplikasi. Jika pembuatan dan pengembangan suatu sistem atau aplikasi hanya mencakup coding dan testing saja, maka kegagalan produksi perangkat lunak dengan banyaknya bug issues sangat mungkin terjadi.
Artikel Terkait: Keuntungan Menggunakan Product Roadmap untuk Pengembangan Sistem
Arvis Menerapkan Deployment dalam Layanan Pengembang Software-nya
Jika saat ini Anda ingin membuat dan mengembangkan sebuah sistem atau aplikasi untuk bisnis Anda, Anda tidak boleh salah dalam memilih tim pengembang. Pastikan tim pengembang yang Anda pilih juga menerapkan after development process dengan deployment agar sistem atau aplikasi yang dibuat sesuai dengan kebutuhan Anda.
Sebagai salah satu software house terbaik di Indonesia, Arvis menerapkan after development process dengan deployment dalam layanan pengembang software-nya. Ini artinya, sistem atau aplikasi yang dibuat oleh Arvis merupakan sistem atau aplikasi yang berfungsi dengan optimal dalam memenuhi kebutuhan bisnis Anda.
Tertarik dengan layanan pengembang software dari Arvis? Hubungi tim Arvis segera lewat nomor WhatsApp ini. Mari bangun sistem atau aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda bersama Arvis!